BAB I
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Dilihat dari
bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia
berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi
dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat
yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan
remaja menuju kedewasaan. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan
masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.[1]
Remaja erat kaitannya dengan kenakalan.
Sehingga sering ada ungkapan “Kenakalan Remaja”. Itu disebabkan salah satunya
karena kondisi mental remaja yang masih labil. Sehingga, mudah masuk ke dalam
lingkungan yang baru.
Saat
ini, hampir tidak terhitung berapa jumlah remaja yang melakukan hal-hal
negatif. Bahkan, Dampak kenakalan remaja tersebut, banyak sekali kerugian yang terjadi,
baik bagi remaja itu sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka. Contohnya : siswa
SMP sudah merokok, mengkonsumsi narkoba, free sex, dll.
Selain,
kondisi mental dari individu sendiri. Peran orang tua sangat penting dalam
mengontrol dan mengawasi anak - anaknya. Sehingga, ketika anak menjelang remaja
tidak akan mencari kenyamanan diluar lingkungan keluarga.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang menyebabkan Kenakalan Remaja ?
2.
Apa dampak dari Kenakalan Remaja ?
3. Apa hubungannya
Kenakalan remaja dengan Kesehatan Mental ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui penyebab Kenakalan Remaja
2.
Untuk mengetahui dampak dari Kenakalan Remaja
3. Untuk mengetahui
hubungan Kenakalan Remaja dengan Kesehatan Mental.
BAB II
ANALISIS
A. Artikel Kenakalan Remaja oleh Dra.
Rustinah - Dunia Maya ku
Kenakalan Remaja Atau
Kenakalan Orang Tua
Dikirim oleh
Dra. Rustinah
Tanggal 2008-06-25
Jam 02:28:54
Tanggal 2008-06-25
Jam 02:28:54
Akhir-akhir ini
fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak
dulu. Para pakar psikolog selalu mengupas masalah yang tak pernah
habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak
pernah putus. Sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari
tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenalan
remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia.
Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka
arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan mudah.
Dunia teknologi yang semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui
berbagai informasi di berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak
negatif yang cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat.
Kenakalan remaja
biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya.
Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan
fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada
masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada
trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari
lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi
ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.
Mengatasi kenakalan
remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan
perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua,
teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan
jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan,
konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka
harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya
: tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu
pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ?
Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah
yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya.
Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada." (sumber
Whandi.net/1 jan 1970).
Kenakalan remaja,
merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak orang tua yang
tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka hanya
menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan
kebutuhan batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk
memberikan contoh yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu
ketika berbicara masalah kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari
kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan
yang jarang memerhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam
hal ini orangtua. Kita selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja
terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman
yang tidak benar, pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang.
Ketika kita berbicara
mengenai iman, kita mempersoalkan nilai dan biasanya melupakan sesuatu, yaitu
pengaruh orangtua. Didikan orangtua yang salah bisa saja menjadi faktor
sosiopsikologis utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang remaja.
Apalagi jika kasus negatif menyerang orangtua si remaja, seperti
perselingkuhan, perceraian, dan pembagian harta gono-gini. Mungkin kita perlu
mengambil istilah baru, kenakalan orangtua.
Orang tua, sering lupa bahwa prilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena
kehidupan ini tidak lepas dari contek-menyontek prilaku yang pernah ada. Bisa
juga karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan,
sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Para orang tua jangan berharap anaknya
menjadi baik, jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik. Sebenarnya nurani
generasai ingin menghimbau “Jangan ajari kami selingkuh, jangan ajari kami
ngomong jorok, tidak jujur, malas belajar, malas beribadah, terlalu mencintai
harta belebihan dan lupa kepada Sang Pencipta, yaitu Allah.”
Tulisan ini mencoba
mengajak merenung bagi kita para orangtua, bahwa kenakalan tak selalu identik
dengan remaja, tapi justru banyak kenakalan yang dilakukan oleh para orangtua
(di rumah, di masyarakat, dan di pemerintahan) yang akhirnya juga menjadi
inspirasi remaja untuk berbuat nakal. Menyedihkan memang! (sumber O. Solihin)
Kenakalan orangtua dalam ikatan keluarga
Contohnya seperti :
Suka berkata-kata
kasar, suka menghujat atau memaki, mengajari anak untuk melakukan perlawanan ketika
anak diganggu orang lain, suka menyakiti anak secara fisik dan psikis, merokok
seenaknya di depan anak-anak, dll (masalah akhlak).
Mengabaikan pelaksanaan
syariat, sholat misalnya, banyak juga kita orang tua yang mengabaikan sholat,
melalaikan sholat, bahkan tidak pernah sholat, membiarkan anak-anak gadisnya
tidak menutup aurat, membiarkan anak-anaknya bergaul bebas (pacaran),
membiarkan anak-anaknya minum-minuman keras, dll.
Kenakalan orangtua di masyarakat
Contohnya seperti :
Menciptakan suasana yang
tidak produktif (bapak-bapaknya), misalnya waktu pagi, siang dan malam suka
nongkrong sambil main gaple, atau main catur, walau tidak pakai uang, ini sama
saja artinya tidak menjaga kehormatan diri, apalagi kehormatan keluarganya
(istri dan anak-anaknya)? Sedangkan yang ibu-ibunya suka ngumpul sambil
berghibah atau memfitnah, menghambur-hamburkan uang dengan gaya hidup yang
konsumtif yaitu belanja di mall atau supermarket, bergaya hidup mewah.
Menyediakan sarana
kemaksiatan, ini misalnya, jadi bandar narkoba, jadi bandar judi, menyediakan
tempat hiburan (diskotik).
Pendidik yang lalai,
ini bisa kita lihat di sekolah atau di kampus, padahal lembaga pendidikan
adalah tempat yang aman untuk menimba ilmu pengetahuan atau belajar, tapi
kenyataannya banyak pendidik yang memberikan contoh yang tidak baik terhadap
anak didiknya, misalnya melakukan perbuatan asusila, menganiaya anak didiknya
secara fisik, menjual ilmu demi keuntungan materi atau sering melakukan dosa
pendidikan.
Menjadi pemilik media massa (baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan juga internet) yang hobinya menampilkan bacaan, gambar dan tontonan yang merusak akhlak (pornografi, kekerasan, dan seks bebas) yang berlindung atas nama bisnis.
Menjadi pemilik media massa (baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan juga internet) yang hobinya menampilkan bacaan, gambar dan tontonan yang merusak akhlak (pornografi, kekerasan, dan seks bebas) yang berlindung atas nama bisnis.
Kenakalan orangtua di pemerintahan
Contohnya seperti :
Suka korupsi, mengambil
kebijakan menaikkan biaya pendidikan, menaikkan harga BBM, mahalnya biaya
kesehatan, suka membuat janji-janji tapi lalu melupakannya, suka melakukan
pungli atau suap menyuap.
Suka melanggengkan
kemaksiatan, memberi izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi, perjudian, tempat
diskotik, pabrik minuman keras, dengan dalih besar pemasukannya.
Menutup mata terhadap
problem yang diakibatkan usaha prostitusi, perjudian, narkoba, peredaran
minuman keras, diskotik, dll.
Menerapkan aturan kehidupan yang tidak benar dan tidak baik, yakni Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-Komunisme).
Menerapkan aturan kehidupan yang tidak benar dan tidak baik, yakni Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-Komunisme).
Marilah kita uraikan
satu persatu petuah atau nasihat-nasihat yang kita berikan sebagai orangtua
kepada anak-anak kita padahal kita melakukan dan tidak melakukannya :
Kita melarang anak kita berbicara kasar, padahal kita
sering berkata-kata kasar pada anak kita.
Kita melarang anak kita tawuran atau ringan tangan,
padahal kita sering menganiaya mereka anak-anak kita secara fisik, kita suka
berkelahi di depan anak-anak kita, suka adu jotos di forum terhormat gedung
lembaga legislatif ketika bersidang karena merasa tidak sepaham, yang di
saksikan anak-anak kita langsung lewat televisi.
Kita melarang anak kita berbohong atau jujur, padahal
sudah berapa kebohongan yang kita ciptakan kepada anak-anak kita.
Kita melarang anak kita mengkonsumsi narkoba, padahal
kita sendiri adalah pemakai dan bandar narkoba itu sendiri.
Kita melarang anak kita bergaul bebas atau pacaran,
padahal kita sendiri juga melakukan hal yang sama bergaul bebas baik
dilingkungan masyarakat, maupun lingkungan kantor yang terkenal dengan nama
selingkuh.
Kita melarang anak-anak kita minum-minuman keras dan
berjudi, padahal kita adalah bandar judi dan pemilik pabrik menuman keras serta
peminum dan penjudi.
Kita melarang anak kita merokok, padahal dirikita
sudah sering membakar uang, dengan merokok di depan mata mereka, dan kita juga
menjual rokok dan pemilik pabrik rokok.
Kita marah ketika anak kita tidak sholat, atau
beribadah, padahal kita suka melalaikan bahkan tidak menunaikan kewajiban
sholat.
Kita menghimbau agar anak-anak kita jangan
mengkonsumsi tayangan yang pornografi, padahal dirikita sering menonton
tayangan, membaca, mengakses situs-situs porno tersebut, bahkan kitalah yang
memiliki media cetak, penulis naskah, membeli media-media pornografi tersebut.
Kita melarang anak-anak kita untuk menonton televisi
terus menerus, padahal kita pengkonsumsi paling utama siaran televisi sampai
tidak tidur.
Kita sering menasehati anak-anak kita untuk tidak
berghibah atau memfitnah oranglain, padahal dirikitalah yang suka berghibah dan
memfitnah itu.
Kita marah ketika tahu anak-anak kita sering nongkrong
dan keluar malam, padahal kita juga melakukan hal yang sama, terkadang waktu
shubuh baru pulang ke rumah.
Kita menasehati anak kita agar rajin sekolah, tetapi
kita juga malas bekerja, bahkan sering mangkir dari kantor.
Kita mengeluhkan mengapa anak kita malas membaca,
padahal kita juga sangat jarang memiliki kebiasaan membaca.
Kita sering mengajari mereka anak-anak kita untuk
tidak melawan kepada orangtuanya, padahal kita dulunya juga suka melawan
orangtua kita.
Kita marah ketika tahu anak kita suka mencuri, padahal
kita sering mencuri uang negara, atau sering mendapatkan rejeki yang tidak
halal.
Dan banyak lagi
kenakalan-kenakalan yang kita lakukan sebagai orangtua, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Semoga kita tidak termasuk dan tidak pernah melakukan
kenakalan seperti yang diuraikan diatas. Amin. Jadi apa yang salah dengan
kenakalan anak atau remaja, tidakkah ia sangat berbanding lurus dengan kenalan
kita sebagai orangtua? Wallahuâalam.[2]
B. Analisis
Remaja adalah kondisi
diantara anak – anak dan dewasa. Kondisi remaja sering disebut dengan kondisi
yang labil. Kondisi yang dekat dengan permasalahan baik itu permasalahan
pribadi maupun dengan lingkungan.
Remaja sering
disandingkan dengan Kenakalan Remaja. Kenapa? Karena dengan kondisi nya yang
labil. Maka, individu tersebut mudah masuk kedalam lingkungan yang baru.
Dampak kenakalan
remaja pasti akan
berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh
menjadi sosok yang bekepribadian buruk. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan
tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang.
Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang tidak
berguna. Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut
bisa mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan
merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan
membenci orang-orang sekitarnya.
Misalnya, seorang anak
merasa perhatian dari kedua orang tuanya itu sangat kurang karena orang tuanya
sibuk dalam bekerja. Maka, anak tersebut akan mencari kenyamanan di luar
lingkungan keluarga. Dan akhirnya, berdampak anak tersebut menjadi liar dan
mengikuti Geng Motor. Gangguan jiwa pun akan muncul, seperti kleptomania.
Dalam hal ini orang terpaksa mencuri barang orang lain. Sebenarnya ia merasa
gelisah dengan kelakuakn mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindarkan
dirinya dari tindakan itu, walaupun pada dasarnya dia kaya dan tidak
membutuhkan barang – barang itu. Ini terjadi, karena perlakuan orang tua yang
terlalu disiplin atau otoriter, dan kurangnya memperhatikan anak – anaknya. [3]
Anak yang mempunyai
gangguan jiwa, sebaiknya orang tua sadar dan introspeksi diri terlebih dahulu
sebelum menyalahkan anaknya. Karena, bisa saja orang tua menasehati anaknya
“tidak boleh ini tidak boleh itu” sedangkan dia melakukannya. Bersikap otoriter
itu perlu, namun harus melihat kondisi anak itu seperti apa. Karena ada anak
yang dapat menerima sikap otoriter orang tua dan akan berdampak positif. Namun,
ada pula anak yang akan menjadi berdampak negatif.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Remaja adalah masa yang sangat rentan oleh masalah. Maka dari itu remaja
sering dikaitkan dengan Kenakalan Remaja. Namun, pada dasarnya hubungan antara
anak dan orang tua kurang baik yang menyebabkan Kenakalan remaja.
Banyak dampak yang sering terlihat oleh kita mengenai Kenakalan remaja.
Seperti : free sex, narkoba, merokok, tawuran, dll.
Itu semua disebabkan bukan karena real kenakalan remaja. Tapi,
kenakalan dari orang tua juga. Maksudnya, orang tua lalai dalam membimbing dan
mendidik anak – anaknya. Sikap otoriter yang sering ditanamkan di keluarga akan
berdampak positif bagi anak-anaknya. Namun, ada juga yang malah berdampak
negatif seperti kenakalan remaja saat ini.
B. Saran
Bagi orang tua, sayangi anak – anak kalian bukan dengan
materil namun sayangi mereka dengan kasih sayangmu. Karena kasih sayang orang
tua tak ada harganya dan tak ada tandinganya dengan apapun.
Sesibuk apapun orang tua, luangkan waktumu untuk
berkumpul bersama anak – anakmu. Karena satu hari yang bahagia bersama keluarga
terasa satu tahun yang menyimpan banyak kisah.
Bagi remaja hormati orang tuamu, patuh dan sayangi
mereka.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja
[2] http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Kenakalan%20Remaja%20Atau%20Kenakalan%20Orang%20Tua&&nomorurut_artikel=72
[3] Daradjat, Zakiah. Kesehatan Mental. 1993. Jakarta : PT. GUNUNG
AGUNG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar